Sosok nyata sang Hujan
Kicauan burung di kala senja
Menemani suasana yang begitu lara
Mereka terbang dengan banyak cara
Tanpa menyianyiakan setiap kepakan sayap nya
Itu sangat membuatku malu
Seakan burung lebih baik dari ku
Tanpa akal pun mereka sangat tau
Bahwa tak boleh menyiakan sesuatu apapun itu
Sampai kapan rasa ini terus berada
Meski ini alasan klise yang nyata
Tapi memang hal ini sangatlah menyiksa
Ketika kau katakan sebuah prosa
Berisi kata yang sarkas
Lagi singkat, padat, jelas
Meski hanya sekilas
Tapi menorehkan luka yang membekas
Bayangan semu penuh penyesalan
Seakan memamerkan kenyataan
Semua tingkah laku dan ucapan
Yang dulu pernah aku lakukan
"Sial, Brengsek, Apaan-apaan"
Mungkin itulah kata yang kini sering terucapkan
Sulit bagiku membedakan indahnya khayalan
Dan pahitnya kenyataan
Teringat kisah hujan yang turun
Menggoreskan luka pada sang daun
Yang anehnya sang daun tetap santun
Meski selalu menerima rasa sakit yang beruntun
Tapi adakalanya air hujan yang turun
Berubah menjadi embun
Dan ia takan pernah membual untuk pura-pura pikun
Akan kesalahan nya pada sang daun
Seandainya..
Maaf bukan seandainya tapi
Seharusnya..
Seharusnya ia tau akan hal ini
"Hujan memang selalu datang untuk melukai
Tapi ia pergi untuk kembali"
Kembali dengan sosok nan Indah yang disebut Pelangi.
(ditulis Oleh si Ikal yang Jahat pada 13 Oktober 2017)
Menemani suasana yang begitu lara
Mereka terbang dengan banyak cara
Tanpa menyianyiakan setiap kepakan sayap nya
Itu sangat membuatku malu
Seakan burung lebih baik dari ku
Tanpa akal pun mereka sangat tau
Bahwa tak boleh menyiakan sesuatu apapun itu
Sampai kapan rasa ini terus berada
Meski ini alasan klise yang nyata
Tapi memang hal ini sangatlah menyiksa
Ketika kau katakan sebuah prosa
Berisi kata yang sarkas
Lagi singkat, padat, jelas
Meski hanya sekilas
Tapi menorehkan luka yang membekas
Bayangan semu penuh penyesalan
Seakan memamerkan kenyataan
Semua tingkah laku dan ucapan
Yang dulu pernah aku lakukan
"Sial, Brengsek, Apaan-apaan"
Mungkin itulah kata yang kini sering terucapkan
Sulit bagiku membedakan indahnya khayalan
Dan pahitnya kenyataan
Teringat kisah hujan yang turun
Menggoreskan luka pada sang daun
Yang anehnya sang daun tetap santun
Meski selalu menerima rasa sakit yang beruntun
Tapi adakalanya air hujan yang turun
Berubah menjadi embun
Dan ia takan pernah membual untuk pura-pura pikun
Akan kesalahan nya pada sang daun
Seandainya..
Maaf bukan seandainya tapi
Seharusnya..
Seharusnya ia tau akan hal ini
"Hujan memang selalu datang untuk melukai
Tapi ia pergi untuk kembali"
Kembali dengan sosok nan Indah yang disebut Pelangi.
(ditulis Oleh si Ikal yang Jahat pada 13 Oktober 2017)
Komentar
Posting Komentar